LEBIH SUKA MENJADI 'TUAN'
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2013 -
Baca: Lukas 17:7-10
"Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." Lukas 17:10
Mana yang Saudara pilih? Menjadi tuan atau hamba? Memerintah atau diperintah? Tanpa harus di-survey terlebih dahulu banyak orang pasti akan memilih menjadi tuan daripada hamba, memerintah daripada diperintah. Karena menjadi tuan atau bos berarti mempunyai wewenang dan kuasa untuk memerintah, serta dihormati oleh bawahan. Namun tidak mudah bagi seseorang yang menempati posisi 'di atas' dan terhormat untuk mau merendahkan diri dan berbaur dengan mereka yang ada di bawahnya.
Orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang mengerti betul firman Tuhan lebih menunjukkan sikapnya sebagai 'tuan' daripada seorang hamba Tuhan. Mereka suka sekali mendapatkan pujian dan penghormatan dari sesamanya, "mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (Matius 23:6-7). Bukan hanya itu, mereka juga memandang rendah orang-orang berdosa. Sementara menjadi hamba berarti harus siap untuk diperintah serta melayani di mana pun dan kapan pun tanpa punya hak untuk membantah atau mengelak. Jarang sekali orang mau menjadi 'hamba' bagi orang lain. Tapi, inilah yang dilakukan oleh Yesus. Sesungguhnya Dia punya hak penuh untuk memerintah dan dilayani karena Dia adalah Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan. Namun hal ini tidak dilakukan oleh Yesus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6). Justru Dia datang ke dalam dunia ini "...bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28). Saat melayani di bumi Yesus harus mengalami penolakan, cibiran dan fitnahan. Namun Dia tetap membuka tanganNya untuk menolong, menyembuhkan dan memberkati mereka. Bahkan saat di olok-olok, diludahi, dianiaya, disiksa dan sampai mati di atas Kalvari tiada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya yang menunjukkan bahwa Dia kecewa, mengeluh, bersungut-sungut dan dendam terhadap mereka. Justru Dia berdoa, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34).
Dewasa ini banyak orang Kristen yang terlibat dalam pelayanan memposisikan dirinya sebagai 'tuan' daripada hamba. Kita cenderung minta dilayani daripada melayani. Mudah menggerutu dan bersungut-sungut bila tidak mendapatkan fasilitas yang memadai atau tidak nyaman; kita maunya langsung terlibat dalam pelayanan besar yang bisa dilihat oleh banyak orang. Ada pula yang berani pasang 'tarif'. 'Hati hamba' telah kehilangan esensinya.
"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" Matius 20:26-27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar